LUPA

Pada saat itu jam telah menunjukan angka 5 sore, ketika aku telah bejalan perlahan meninggalkan kantor tempatku kerja dan berjalan menuju ke tempat halte bus. Saat aku berdiri menunggu sebuah bus tiba, aku merasa ada sesuatu yang aku lupa sehingga membuatku merasa seolah-olah telah meninggalkan sesuatu yang penting, tapi aku tidak bisa mengingat apa itu.

Mungkin itu hanya pikiranku saja, aku mencoba untuk meyakinkan diri, tapi ada sesuatu yang menggangguku. Aku merasa seperti harus kembali ke tempat kantorku bekerja untuk memeriksanya, tapi aku sudah sangat lelah bekerja dan aku ingin cepat pulang sampai di rumah lalu merebahkan tubuhku di tempat tidur.

Ketika bus datang, aku masuk dan bergabung dengan penumpang lain. Seperti biasa, semua kursi telah penuh dengan penumpang. Terpaksa aku menggunakan pegangan dan bus pun mulai melaju pelan. Aku menyenggol orang di belakangku dan berkata, “maaf, aku tidak sengaja” tapi dia tidak menanggapinya. Semakin lama, aku merasa bahwa aku telah meninggalkan sesuatu yang sangat penting di kantor.

Semakin jauh bus membawaku dari kantor, aku menjadi lebih yakin akan hal itu. Aku berpikir keras akan hal itu. Aku berpikir tentang bos menyeramkan yang menatapku sepanjang hari. Aku berpikir tentang karyawan yang bergosip tentang bagaimana dia menyukaiku. Aku berpikir tentang surat-surat yang dia katakan kepadaku untuk di kirim.

Apakah aku lupa akan itu semua? Tentu saja tidak. Aku berpikir tentang pertemuan yang sudah di jadwalkan. Bukankah aku telah membuat jadwalnya? Aku yakin sudah mengerjakan itu semua. Aku berpikir mengenai apa yang telah aku lupakan. Aku berkata pada diri sendiri bahwa aku akan merasa lebih baik ketika aku sampai di rumah, perasaan gelisah ini dengan sendirinya akan menghilang.

Aku turun dari bus dan berhenti di tempat biasa aku turun, tapi ketika aku berjalan di jalan yang mengarah ke rumahku, aku akhirnya menyerah. Tidak ada gunanya, pikirku. Perasaan ini akan menggangguku sepanjang malam. Aku harus kembali ke kantor dan melihat apa yang sudah aku lupakan itu. Dengan perasaan lelah, aku berjalan kembali ke halte bus, kembali ke kantor. Aku melakukan ini hanya agar pikiranku tenang.

Saat aku turun dari bus, aku melihat angka jam sudah menunjukan 7 malam. Aku berjalan cepat disisi jalan ke kantor dan memutar kunci pintu. Dengan cepat, aku berlari menaiki tangga. Ketika aku membuka pintu kantor, aku terdiam di tempat tidak bisa bergerak. Apa yang aku lihat benar-benar membuatku ngeri, aku menyadari apa yang aku telah tinggalkan di kantor saat ini. Ya, itu adalah aku sendiri. Tubuhku telah terbaring di lantai kantor ini penuh dengan darah.

Comments

Popular posts from this blog

Beza Antara Puntianak Dengan Langsuir

Dikira Karung, Ternyata?

Disembunyikan Hantu Raya Kerana Tertidur Dalam Kelas